Minggu, 17 Oktober 2010

REFORMASI NILAI HIDUP

REFORMASI NILAI HIDUP
Yohanes 21:15-19
PENDAHULUAN:
·         Pasca kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus masih menyelesaikan beberapa masalah kepribadian para murid: Thomas, Petrus.
·         Petrus sedang mengalami problem ‘inkonsistensi’ kepribadian yang berakibat pada kaburnya ‘orientasi’ nilai hidup, rendahnya ‘komitmen’  dan  tidak berfungsinya ‘potensi’ diri. 
·         Untuk itu Yesus melakukan ‘scanning’ melalui pertanyaan 3 berganda thd Petrus untuk memberikan: Reorientasi Tujuan hidup, Rekonfirmasi Komitmen dan Revitalisasi Potensi diri.
 
1.       REORIENTASI   TUJUAN
a.       Petrus adalah panjala ikan, namun sejak Yesus memanggilnya ia menjadi ‘penjala manusia’. Terjadi perubahan ‘tujuan’ hidup. Tuhan telah menetapkan tujuan hidup yang baru bagi Petrus.
b.      Selama mengikut Yesus, ia menunjukkan ‘antusiasme’ yang hebat.
c.       Namun di tengah ‘krisis’ ia mengalami ‘inkonsistensi’ komitmen. Ia menyangkal Yesus.
d.      Dalam ‘kebingungan dan  ketakutan’ ia kembali ke ‘jatidiri’ dan ‘profesi’ yang lama.
e.      Yesus mengorientasikan kembali ‘tujuan hidup’ Petrus sebagaimana kehendak Tuhan. Pertanyaan Yesus, “apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?”. Kata ‘mereka’ dapat menunjuk pada ‘orang’ atau ‘barang’. Bisa berarti ‘nelayan’ atau ‘peralatan nelayan’ (profesi).
f.        ‘Tujuan’ yang jelas memberikan daya dorong yang kuat dalam hidup.
g.       Tuhan memberikan ‘tujuan’ kepada setiap orang untuk kemuliaan-Nya.
h.      Meditasi:
                                                   i.      Apa tujuan hidup Anda?
                                                 ii.      Apakah Anda yakin itu ‘tujuan’ yang Allah kehendaki?
                                                iii.      Apakah Anda yakin sedang berada pada garis ‘tujuan’ Allah?

2.       REKONFIRMASI   KOMITMEN
a.       Sebagai seorang yang berkarakter ‘sanguin’ Petrus memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah Petrus memiliki kehangatan, keramahan, kemampuan berbicara. Namun kelemahannya adalah sering  tidak konsisten atau lemah dalam mempertahankan prinsip dan mudah putus asa.
b.      Akibatnya, dalam situasi aman ia muncul seperti ‘pahlawan’, namun dalam keadaan sulit ia menjadi seorang ‘pengecut’.
c.       Dalam kondisi penuh penyesalan, Petrus membutuhkan ‘penguatan’ dan ‘pendampingan’.
d.      Tuhan Yesus mengkonfirmasi ulang ‘komitmen’ Petrus dengan uji bobot kasih yang dimilikinya (Agape  atau  Filia)
e.      Meditasi:
                                                   i.      Sebesar apa komitmen Anda untuk hidup mengasihi Tuhan ?
                                                 ii.      Sebesar apa komitmen Anda untuk mempertahankan pernikahan ?
                                                iii.      Sebesar apa komitmen Anda untuk bekerja dengan kualitas terbaik?

3.       REVITALISASI   POTENSI
a.       Tuhan pasti melihat adanya potensi pada diri Petrus, sehingga ia memanggilnya
b.      Tuhan telah mengasah dan melatih potensi diri itu selama 3,5 tahun
c.       Namun, akibat inkonsistensi diri, Petrus tidak lagi sanggup mengaktualisasi potensi dirinya dalam melaksanakan tujuan hidup yang ditetapkan Tuhan baginya.
d.      Tuhan Yesus merevitalisasi potensi Petrus dengan tantangan pemberian tugas untuk membuktikan komitmen kasihnya (second  opportunity). “Gembalakanlah domba-domba-Ku”.
e.      Setiap orang memiliki potensi diri sebagai anugerah Tuhan yang dimaksudkan untuk digunakan memuliakan Dia.
f.        Meditasi:
                                                   i.      Potensi diri apa yang Anda miliki sekarang ? : kepribadian, pengetahuan, skill, jabatan, kekayaan ?
                                                 ii.      Sudah maksimalkah Anda memanfaatkan potensi diri tersebut ?
                                                iii.      Apakah Anda yakin potensi diri Anda sedang Anda gunakan untuk memuliakan Tuhan dan mengasihi sesama?
PENUTUP:
1.       Setelah mengalami Reformasi Nilai Hidup, Petrus menjadi Pribadi yang berpotensi dan berhasil memenuhi tugas panggilanya.
2.       Ia menjadi Pengkhotbah pertama setelah ‘pencurahan Roh Kudus’
3.       Ia menjadi ‘soko guru’ jemaat mula-mula di Yerusalem
4.       Kita bisa menajdi pribadi yang berhasil, jika:
a.       Menyadari kegagalan kita
b.      Sedia direformasi oleh Tuhan
c.       Sedia membangun kembali komitmen yang kuat
d.      Hidup dalam anugerah dan pimpinan Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar